Minggu, 02 November 2008

Catatan Seorang Mantan Ketua Presidium

Pengantar dari Kami:

Konflik selalu ada dalam kebersamaan manusia, tak terkecuali di PMKRI. Dalam dua tahun ini (2006-2008) pasca MPA dan Kongres di Papua, November 2006, cabang-cabang di PMKRI terpolarisasi dalam pro kontra keberadaan pengurus pusat PMKRI periode 2006-2008. Dua tahun berlalu konflik ini tak bergerak maju untuk sebuah penyelesaian. Ada langkah-langkah penyelesaian yang coba dilakukan hanya sayangnya tak mengindahkan prosedur atau mekanisme organisasi. Itulah yang dilakukan oleh sejumlah cabang dalam Forum Rembuk Nasional di Bandung pada bulan April 2008. Forum ini merekomendasikan MPA di Yoyakarta yang diselenggarakan oleh sebuah Badan Pekerja. Hanya saja ini tidak sesuai dengan peraturan perhimpunan yang mengatur MPA diselenggarakan pengurus pusat.
Di tengah konflik ini pun hadirlah hirarki melalui Komisi Kerawam KWI. Barangkali kehadirannya sebagai gembala yang baik yang ingin mengembalikan para domba ke jalan yang benar. Tetapi sayangnya, Komisi Kerawam melalui Mgr Agustinus Agus dan Romo Edy Purwanto Pr (sekaligus moderator PP PMKRI) terlibat terlalu jauh sampai ke persoalan teknis penyelenggaraan MPA. Kehadiran dua gembal umat ini pun dianggap memihak satu kubu.

Tentang konflik yang bertele-tele ini dan kehadiran pihak hirarki di dalamnya, berikut Restu Hapsari memberikan komentarnya di milis PMKRI.


Dear teman-teman,

Cukup lama tidak menulis di milis ini. Salam kangen untuk sebuah perbincangan yang panjang lebar. Pasif saja, mengikuti tanpa komentar.Sengaja, karena seperti yang banyak dikritisi oleh teman-teman yang lain, milis ini selalu saja masih hanya berkutat pada konflik internal yang tidak pernah bergerak maju. Agaknya materi-materi PSDM (Problem Solving Decision Making) yang kita dapat di PMKRI tidak pernah diaplikasikan. Sayang sekali, membuat enggan berkomentar. Di samping memang disibukkan dengan segala aktivitas pasca PMKRI yang menyita banyak waktu.
Aktivitas di luar zone PMKRI ternyata memanglebih menarik dan lebih menantang oey…. he he he…Di awal-awal konflik, pasca MPA XXIV di Jayapura, saya sempat memberikan input panjang lebar di milis untuk input penyelesaian konflik. Sebagai salah satu mantan Ketua Presidium PP PMKRI sedih juga lihat PMKRI jadi begini.
Di luar milis pun saya berusaha"mempertemukan" (dengan maksud mencari titik temu) teman-teman yang sedang berkonflik waktu itu. Usulan saya di milis tentang perlunya pertemuan pihak PP PMKRI (yang belum dilantik oleh hierarki), pihak PP PMKRI demisioner, dan Panitia Ad Hoc sempat terealisasi dengan difasilitasi oleh Mgr.Agus (selaku Ketua Komisi Kerawam KWI) dan Rm.Edy Purwanto, Pr. (selaku Pastor Moderator dengan SK Bapa Uskup Agung Jakarta selama 1 periode kepengurusan PP PMKRI 2004-2006).
Secarapribadi waktu itu saya sangat berharap besar bahwa pertemuan itu akanmembuahkan penyelesaian masalah, meski di satu sisi sangat khawatir,mengapa sampai harus melibatkan HIERARKI untuk menyelesaikan konflikyang sangat internal ini.Dan forum informal itu ternyata tidak membuahkan hasil. Semua pihak merasa benar. Waktu itu, saya berpikir, luar biasa "arogan"nya PMKRI ini, setingkat Uskup yang "mendamaikan" pun ternyata gagal.Itu terjadi kira-kira 3 bulan pertama konflik.
Hari ini, dan beberapa hari sebelumnya, ketika saya membaca-baca-mail, masih muncul perdebatan yang ternyata tidak bergerak maju,masih seperti belasan bulan yang lalu. Masih saja seputar sah/ tidak sahnya kepengurusan PP PMKRI. Padahal, periode sebuah kepengurusan PP PMKRI hanyalah 2 tahun, dan biasanya berakhir pada bulan November setelah 2 tahun berjalan.
Teman-teman, artinya, tinggal 1 bulan lagi mestinya kita, baik yang masih di dalam maupun yang sudah di luar,kita akan mendengar kabar tentang persiapan MPA yang menandaiberlangsungnya sebuah regenerasi PP PMKRI beserta dengan segaladinamika kepengurusan yang memegangnya. Tapi, sayang sekali 2 tahunini teman-teman hanya menghabiskan energi untuk sesuatu yang tidakpernah bergerak maju.
Dengan segala kesibukan saya, memang jadi jarang mampir ke marga. Tapisyukurlah, ada teknologi super cepat sms dan e-mail/ milis yang selalumasih saja bisa menghubungkan saya dengan dinamika marga dancabang-cabang, termasuk sms dan e-mail yang memberikan kabar tentangMPA XXV di Yogyakarta.Soal MPA di Yogyakarta, agak kaget juga terima kabar itu, karenapemrakarsanya bukanlah PP PMKRI seperti yang biasanya sebagai penyelenggara MPA, tetapi Badan Pekerja beserta Mgr. Agus dan Rm. Edy.Mohon diralat bila info yang saya dengar salah karena memang tidakmelihat langsung undangannya seperti apa. Wah, apa lagi nih???
Saya mencoba kaitkan kabar itu dengan info dari beberapa teman dimilis, bahwa Badan Pekerja ini terdiri atas inisiatif beberapa personal dari cabang-cabang, mulai dari perintisan di LKK Palembang hingga Rembug Nasional di Bandung. Mohon konfirmasinya kepada teman-teman yang terkait. Karena sulit saya terima di logika saya,bahwa beberapa personal dalam forum yang sangat cair (informal), dantanpa menghadirkan pihak-pihak yang terkait dengan konflik internalPMKRI, kok bisa menghasilkan rekomendasi sebuah forum yang harusnya terlegitimasi sangat kuat, yaitu MPA.
Teman-teman, PMKRI ini organisasi yang punya aturan main, mekanisme,prosedur dll yang mengatur segala tindakan orang-orang di dalamnya,bukan sekedar kumpulan orang-orang yang ketika berbeda pendapat dengan yang lain lalu dengan seenaknya sendiri membuat aturan lain yangmenyimpang dari organisasi. Kecuali bila tidak mengatasnamakan PMKRI,silakan saja.
Pasal 28 UUD kita memberikan hak untuk berserikat danberkumpul. Normatif di atas saya kira sudah banyak teman-teman yang membahasnya.Saya percaya, teman-teman (adik-adik) masih bisa kembali berdamai.Hanya perlu keyakinan dan semangat FRATERNITAS untuk mengupayakan itu,jangan cepat putus asa dan menyerah. Berdamai memang tidak mudah,apalagi ketika berkonfliknya dengan saudara sendiri.
Persaudaraan yangsaya pahami secara simple sebagai "pertemanan/ persahabatan" sebelum kita memaknainya dengan lebih serius sebagai "persaudaraan sejati"mestinya adalah sesuatu yang lebih mudah ketimbang dengan makna berat ketika kita bicara intelektualitas, apalagi Kristianitas. Mulai dulu dengan itu.
Teman-teman, secara kebetulan, hari Kamis lalu saya ketemu dengan Rm.Edy di KWI, setelah sebelumnya saya ada pertemuan yang lain di sana.Lalu ngobrollah kami, saya langsung fokus saja bertanya tentang rencana MPA di Yogyakarta. Rm. Edy mengatakan "Saya ingin persoalanPMKRI cepat selesai, saya bosan dan capek dengan PMKRI". Itu yang terlontar dari Romo. Saya pun masuk ke perbincangan tentang proses rekonsiliasi yang belum selesai, aturan main penyelenggaraan MPA, dan dampak yang akan muncul buat cabang-cabang. Saya katakan pada Rm. Edy,di tengah proses rekonsialiasi yang belum selesai ini, sangatlah tidak tepat ketika tiba-tiba muncul sebuah forum yang disebut MPA, yang kabarnya hasil ngumpul-ngumpul beberapa cabang saja di Bandung(=Rembug Nasional atau Rembung Bandung ya? info yang muncul di milis ini, yang hadir tak lebih dari 25 cabang, dan Bandung sebagai tuan rumah waktu itu pun menolak menandatangani hasil rekomendasinya, mohondiralat kalau saya salah). Ya, kalau hitung-hitungan jumlah cabang yang hadir hampir samalah dengan jumlah cabang yang hadir di MPA di Jakarta pasca Jayapura dulu yang juga masih diperdebatkan. Lalu apa bedanya yang dilakukan oleh kubu pro MPA di Jakarta dengan kubu Rembug Bandung? Maka, sekali lagi sulit saya terima di logika saya, ketika hasil ngumpul-ngumpul informal itu lalu merekomendasikan sebuah MPA.Kalaupun MPA di Yogyakarta nanti jadi berlangsung (kabarnya tgl 21-25Oktober), kalau agendanya sama dengan agenda MPA yang biasanya yang berarti juga ada pemilihan mandataris MPA, menurut saya, kita hanyaakan memiliki daftar konflik yang semakin panjang saja. Apalagi bilabenar kabar yang saya dengar bahwa 2 pihak yang berkonflik tidak dihadirkan di forum itu. Saya khawatir konflik akan semakin lebar.Menutup perbincangan dengan Rm. Edy saya menyarankan ada pertemuan(melanjutkan proses rekonsiliasi yang belum selesai) terlebih dahulu sebelum MPA apapun dan di manapun.
Kebetulan yang kedua, dua hari lalu, saya ketemu dengan Rm. Leo Maliyang sedang ada di Jakarta, mudah-mudahan teman-teman masih ingat,beliau adalah pastor moderator PMKRI Cabang Kupang beberapa periode lalu sebelum beliau kemudian melanjutkan studi di Roma, Italia. Rm.Leo hadir full di MPA Manado ketika ketika kepengurusan masa saya mesti berakhir, dan saya ingat bagaimana dengan sabarnya romo ini mengajak teman-teman PMKRI untuk mengawali hari-hari MPA di sana dengan misa. Mulai dengan hari I yang hanya diikuti oleh beberapa orang, hari II juga masih sedikit saja, hari III semakin lumayan, dst.
Cara Romo ini mengajak misa teman-teman pun juga tidak dengan paksaan,jauh dari ciri khas romo-romo galak yang tidak suka dengan orang muda yang malas misa he he he …. Romo bilang: "Kadang-kadang kamu ga perlumisa, ketika kamu sedang diperlukan di tempat lain." Bukan soal misanya, tetapi bagaimana model Romo mendampingi PMKRI ini yang selalu membuat saya merasa bersalah. Bandel bener ya anak-anak PMKRI ini !!!He he he…!!! Sudah sekitar enam bulan ini Rm. Leo kembali lagi ke Indonesia, selesai studi, pulang ke Kupang, meski sekarang tidak lagi menjadi pastor moderator PMKRI lagi.
Perlu teman-teman ketahui, Rm.Leo adalah pastor yang ketika saya jadi Ketua Presidium PP PMKRI,selalu mengirimkan sms "Selamat Hari Minggu" berikut dengan doa yangberbeda-beda setiap hari Minggu kepada saya. Kedekatan religius ini yang menjadi salah satu yang menguatkan saya dalam memanggul salibPMKRI waktu itu. Saya beruntung sekali punya kesempatan mengenal romo yang satu ini.Selalu, dalam pertemuan-pertemuan dengan siapapun yang terlibat denganPMKRI, pembicaraan akan selalu berakhir dengan pembicaraan panjanglebar tentang PMKRI. Maka setelah bercerita panjang lebar tentang aktivitas terkini dengan Rm. Leo, mengalirlah cerita perkembanganterakhir PMKRI, tentu termasuk cerita tentang konflik yang tak pernahselesai dan rencana MPA di Yogyakarta.
Komentar Rm. Leo: "MPA diYogyakarta bukan menyelesaikan konflik, tetapi justru akan membuat masalah baru. Saya akan bicara dengan Rm. Edy". Waktu itu saya bersyukur sekali ketika Rm.Leo akan bicara dengan Rm. Edy. Saya berharap akan ada dialog antar sesama Romo untuk kita bisa ambilsebagai referensi cara pandang menyikapi konflik di PMKRI.
Dalam melihat peran HIERARKI saya setuju mendudukkannya dalam sebuah peran sebagai GEMBALA BAIK, yang akan sedih dan terus mencari-cari dombanakal yang hilang, bukan membiarkannya hilang.
Kebetulan yang ketiga,saya 2 tahun belakangan cukup banyak bertemu dan bergaul dengan romo-romo di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), karena sebagai anggotaKomisi Kerasulan Awam KAJ, kebetulan juga pastoral di KAJ adalahpastoral GEMBALA BAIK. Pergaulan yang semakin memperkaya saya akan model romo-romo yang memang tidak akan pernah sama satu sama lain,sebuah pengalaman yang luar biasa buat saya.
Catatan saya untuk segala proses yang telah berjalan dalam memandang konflik ini:(1) Fraternitas yang hilang di PMKRI harus ditemukan lagi.Intelektualitas dan spiritualitas akan menjadi lebih kuat ketikafraternitas menjiwai keseharian teman-teman (adik-adik) di PMKRI.(2) Tak perlu ragu untuk bersikap kritis kepada HIERARKI, justru halini yang akan semakin mendewasakan GEREJA.(3) Kebanyakan dari kita (umat Katolik dan warga negara) sangat kritis kepada kondisi eksternal gereja, kita dengan mudah bersuara lantangmenyerukan ketidaksukaan atau ketidaksetujuan kita terhadap sesuatu hal kepada pemerintah/ Negara, tetapi sangat sedikit dari kita yangdengan mudah pula mengkritik gereja (dalam hal ini Hierarki).
Tak selamanya suara hierarki selalu benar (sejarah sudah membuktikan itu)dan pasti hierarki pun sudah belajar dari itu. Kita sebagai bagian dari tubuh gereja tak ada salahnya "menegur" ketika ada sesuatu yangmulai berjalan tidak benar.(4) Kembali ke fraternitas, fraternitas, dan fraternitas.

4 komentar:

PMKRI Cabang Jakarta Pusat mengatakan...

Benar kata Mbah Restu, penyelenggaraan MPA di Kaliurang-Yogykarta tidak menyelesaikan konflik kepemimpinan di PMKRI. Alih alih menyelesaikan konflik, MPA Kaliurang justru menambah ruwet persoalan dan mengantarkan PMKRI pada perpecahan.

Anonim mengatakan...

apakah anda sudah minta ijin pada yg bersangkutan sebelum mempublikasi posting dari milis ke blog ini?

-admin milis-

PMKRI Cabang Jakarta Pusat mengatakan...

Ya, kami sudah memberitahukan ke Mbah Restu tentang tulisannya ini.
Tanggapannya, senyum-senyum aja sih.

engky mengatakan...

tidak usah kwatir dalam menyelsaikan konflik ini karena pihak jogja telah melanggar aturan MPA perhimpunan dan harapan saya jagan lagi meminta bantuan orang lain untuk menyelsaikan masalah internal pmkri dalam hal ini KWI karna itu kita cendrung cengeng dan kita tetap lakukan apa yang semestinya kita inginkan untuk pmkri...PMKRI TETAP SATU DAN TETAP JAYA. PRO ECCLECIA ET PATRIA